Kisah Sukses Dua Perawat Indonesia di Kota Sanjo |
THURSDAY, 15 APRIL 2010 | |
Yared Febrian Fernandes dan Ria Agustina, dua perawat asal Indonesia, selama sepekan terakhir mengisi berbagai halaman berita di Jepang, setelah keduanya dinyatakan lulus ujian nasional keperawatan Jepang. Keberhasilan ini patut dicatat karena hanya Ria, Yared dan satu orang lagi perawat Filipina yang lulus ujian nasional untuk perawat asing, dari 254 peserta ujian, atau hanya sekitar 1.2% persentase kelulusan. Sedangkan pada ujian nasional tahun lalu, tidak ada satu pun peserta yang lulus. Ria dan Yared bekerja di RS Sannocho di Kota Sanjo, Prefektur Niigata. Dalam upaya pembinaan masyarakat Indonesia di Jepang, Wakeppri KBRI Tokyo, Ronny P. Yuliantoro, didampingi oleh Minister Counsellor Ekonomi dan Sekretaris Ketiga Penerangan, telah datang ke Sanjo dan bertatap muka dengan Ria dan Yared. Wakeppri mengungkapkan dukungan dan kebanggaan atas kesuksesan Ria dan Yared yang berhasil melampaui ujian yang sangat sulit. Wakeppri meminta agar keduanya tidak lupa diri, namun justru terpacu dan makin giat bekerja setelah kelulusan ini. Keduanya juga dipesankan agar memberikan “ganbatte” atau semangat bagi teman-teman perawat Indonesia lainnya yang belum berhasil. Ketika ditanyakan bagaimana perasaannya, Yared berucap, “Saya gugup sekali, tapi hari ini saya sangat bahagia.” Ria menambahkan, “Kami menjadi dikenal di Sanjo. Di supermarket pun kami disalami karena mereka melihat liputan tv.” Dalam acara yang diliput oleh beberapa TV dan media cetak itu, hadir pula Walikota Sanjo, Isato Kunisada, serta Direktur dan staf RS Sannocho. Walikota Kunisada yang turut berbahagia dengan kelulusan Ria dan Yared, memberikan hadiah berupa gunting kuku steel, yang merupakan hasil manufaktur Sanjo City yang berkualitas tinggi. Bagi Walikota, kelulusan dua perawat Indonesia ini turut dirasakan sebagai kesuksesan Sanjo karena semakin dikenal sebagai kota yang baik untuk ditinggali dan bersahabat dengan orang asing. Ujian nasional keperawatan Jepang dilaksanakan sepenuhnya menggunakan huruf Kanji, termasuk istilah teknis medis. Selain itu substansi ujian juga termasuk mengenai sistem kesehatan Jepang, seperti asuransi dan peraturan perundangan di bidang kesehatan. Kedatangan perawat Indonesia di Jepang ini terwujud dalam kerangka Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Sejak tahun 2008 lalu, Indonesia telah mengirimkan tenaga perawat dalam dua gelombang. Perawat asing ini harus lulus ujian nasional keperawatan dalam tiga tahun sejak kedatangan mereka di Jepang. Menimbang sulitnya ujian dan persentase kelulusan ujian nasional yang sangat sedikit, maka fleksibilitas perlu segera diupayakan, antara lain penggunaan bantuan cara baca Kanji (furigana), penggunaan kamus selama ujian, dan penambahan waktu ujian. Selain itu diperlukan usaha peningkatan dalam hal rekrutmen, pelatihan Bahasa Jepang, dan pendidikan kebudayaan Jepang. |