Selasa, 21 September 2010

magang di jepang kenapa tidak?

MAGANG DI JEPANG, MENGAPA TIDAK?

No Images
Sekitar 70% mahasiswa asal Indonesia yang saat ini masih belajar di Jepang berangkat melalui program PTU. Kesempatan emas di negeri orang. Polytechnic University of Japan (PTU) atau nama lengkapnya dalam bahasa Jepang Shokugyo Noryoku Kaihatsu Sogo Daigakko lebih sering disingkat ?Nokaidai?. Tidak seperti kebanyakan universitas di Jepang yang berada di bawah Monbukagakusho (Ministry of Education, Culture, Sport, Science and Technology Japan), Nokaidai berada di bawah Koseirodosho (Ministry of Health, Labour and Welfare Japan). Nokaidai terletak di Hashimoto, Sagamihara City, Kanagawa Prefecture. Letaknya dekat dengan Tokyo (perjalanan menggunakan kereta listrik dari Shinjuku, Tokyo ke Hashimoto memakan waktu sekitar 1 jam). Dijelaskan dalam situs Persaudaraan Muslim Indonesia ? Jepang, universitas ini memiliki berbagai sarana dan fasilitas yang sangat memadai. Selain dibebaskan dari membayar uang kuliah, tiap bulannya mahasiswa asing tingkat S1 program beasiswa ini menerima uang saku sebesar 114.000 yen. Program ini merupakan kerjasama Pemerintah Jepang melalui Koseirodosho dan Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Depnakertrans). Kalau banyak orang yang tidak pernah mendengar tentang program ini, mungkin dikarenakan informasi mengenai program beasiswa ini memang kurang tersebar luas. Sebagian besar pelamar adalah keluarga pegawai Depnakertrans. Tapi bukan berarti ?orang luar? tidak boleh ikut. Jumlah ?orang luar? yang masuk dan lulus program beasiswa ini tidak bisa dibilang sedikit. Sekitar 70 persen dari mahasiswa asal Indonesia yang saat ini masih belajar di Jepang melalui program ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan Depnakertrans. Jumlah mahasiswa asing penerima program beasiswa tingkat S1 yang dimulai sejak tahun 1992 ini tiap tahun tidak berubah : 16 orang. Dan sejak tahun 2001, diberikan beasiswa untuk tingkat S2 sebanyak 2 orang setiap tahun. Sampai dengan tahun 2002 program ini melibatkan 4 negara : Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand. Tahun 2003 negara penerima beasiswa menjadi 6 negara, dengan 2 negara tambahan, Vietnam dan Srilanka. Dan mulai tahun 2004, Kamboja dan Meksiko ikut menambah perbendaharaan negara peserta. Makin banyaknya negara penerima membuat persaingan semakin ketat. Mahasiswa asal Indonesia yang lulus program ini jumlahnya berubah setiap tahun. Jumlah mahasiswa terbanyak yang pernah dikirim Indonesia sebanyak 7 orang. Namun, pernah juga hanya 1 orang mahasiswa asal Indonesia yang lulus program ini. Pelamar yang ingin mengikuti program ini perlu mendaftar dengan mengisi formulir dan menyerahkan berkas pelengkap melalui Depnakertrans setempat. Peserta yang lulus seleksi administrasi akan dipanggil untuk mengikuti ujian di Jakarta berupa tes tertulis dan wawancara, yang seluruh penguji dan pengawasnya adalah dosen PTU. Program S2 hanya diberikan kepada mahasiswa lulusan program S1 PTU, sedangkan program S1 dibuka untuk masyarakat umum. Syarat awal untuk mendaftar program S1 adalah berusia antara 17 sampai 25 tahun, berasal dari jurusan IPA, dan nilai rapor tiap mata pelajaran minimal 7. Tes tertulis meliputi mata pelajaran matematika, IPA, dan bahasa Inggris. Seluruh soal berbentuk essay berbahasa Inggris, sedangkan wawancara menggunakan bahasa Inggris dan sedikit bahasa Jepang (menguasai bahasa Jepang akan menjadi nilai tambah). Lebih kurang 1 bulan setelah ujian, hasilnya akan diumumkan. Peserta yang lulus diharuskan melengkapi berbagai persyaratan. Di antaranya adalah menyerahkan hasil general check up termasuk hasil rontgen dada. Peserta juga harus menandatangani pernyataan bersedia menjalani ikatan dinas selama 10 tahun untuk menjadi instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK). Mengenai penempatan kerja di BLK provinsi mana akan ditentukan berdasarkan kebutuhan BLK di provinsi yang bersangkutan. Sebaiknya peserta sudah sejak awal memikirkan tentang hal ini, karena berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya ada peserta yang sudah diumumkan lolos namun tidak bersedia menandatangani perjanjian ini dan kemudian didiskualifikasi. Tentunya hal ini akan sangat merugikan karena peserta asal Indonesia menjadi berkurang. Mungkin ini menjadi salah satu alasan mengapa program ini terkesan hanya diikuti oleh keluarga pegawai Depnakertrans saja, karena kemungkinan keluarga pegawai Depnakertrans untuk bersedia menjalani ikatan dinas di Depnakertrans lebih besar dibandingkan dengan masyarakat umum. Sebelum pergi ke Jepang, peserta yang lulus ujian juga diharuskan untuk belajar bahasa Jepang di Universitas Darma Persada selama sekitar 3 bulan dengan biaya sendiri. Salah satu yang membedakan beasiswa PTU dengan yang lainnya adalah sejak awal kedatangan, penerima beasiswa sudah mengetahui di universitas mana dia akan belajar (karena memang beasiswa ini hanya diperuntukkan untuk memasuki satu universitas, yakni PTU) dan bahkan juga jurusannya di universitas karena pemilihan jurusan dilakukan saat pendaftaran pertama. Jurusan yang bisa dipilih disini seluruhnya teknik, antara lain : teknik mesin, teknik informatika, teknik elektronika, teknik arsitektur, dsb. Perbedaan lainnya adalah singkatnya waktu belajar bahasa Jepang. Terhitung sejak datang ke Jepang pada awal Oktober sampai dengan bulan Maret penerima beasiswa program ini hanya mengikuti pelajaran bahasa Jepang intensif dan matrikulasi selama 6 bulan dan kemudian pada awal April resmi menjadi mahasiswa. Sedangkan penerima beasiswa lain biasanya mendapat ?jatah? belajar bahasa Jepang lebih panjang, ada yang setahun ada juga yang satu setengah tahun. Terdapat cukup banyak kegiatan mahasiswa asing di Nokaidai, yang dikoordinasikan oleh Kokusai-Kyoryoku Bu (Divisi kerjasama internasional). Pada bulan Oktober, bertepatan dengan datangnya 16 orang mahasiswa asing baru, selalu diadakan hiking bersama. Sambil menikmati indahnya daun-daun yang berganti warna di musim gugur, para mahasiswa dan sensei saling berbincang. Sarana yang sangat baik untuk lebih mengakrabkan sesama mahasiswa asing, terutama bagi yang baru datang. Liburan musim dingin pertama mahasiswa baru dihabiskan bersama host family melalui program home stay. Biasanya hubungan dengan host family tidak hanya pada saat home stay saja, tetapi juga berlanjut bahkan sampai menginjak tahun ke-4. Kemudian bulan Juni diadakan ryori taikai (festival masakan) sebagai ajang untuk memperkenalkan masakan khas 8 negara asal mahasiswa asing. Mahasiswa Indonesia tidak pernah absen berpartisipasi dalam festival ini. Mahasiswa Indonesia di Nokaidai tidak hanya berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh pihak universitas seperti gakuensai (festival sekolah), tetapi juga melalui wadah Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang Komisariat Nokaidai, secara rutin menyelenggarakan Kanto Hashimoto Cup. Kompetisi sepakbola antar mahasiswa Indonesia se-wilayah timur Jepang ini biasanya diselenggarakan pada waktu Golden Week. Untuk kalangan internal, PPI Nokaidai juga rutin mengadakan penyambutan mahasiswa baru, hanami dan hanabi bersama, serta natsu camp. Itulah sekilas informasi mengenai beasiswa PTU yang mungkin selama ini kurang terpublikasi, juga sedikit cerita mengenai kehidupan mahasiswa penerima beasiswa PTU. Informasi lebih lengkap mengenai program beasiswa ini dapat ditanyakan langsung ke Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, jalan Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta. Belum lama Depnakertrans juga mengumumkan dalam situs resminya http://www.nakertrans.go.id tentang seleksi kepada 16 orang peserta dari 9 (sembilan) negara (Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Srilanka, Vietnam, Kamboja, Laos dan Meksiko) untuk mengikuti Program Pendidikan Beasiswa Strata 1 (S-1) selama 4,5 tahun di Polytechnic University (PTU) Japan. ( Denakertrans RI )...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar